Purwakarta Punya, Museum Digital Pertama di Indonesia
Tak banyak orang memasukkan museum sebagai “Daftar Tempat yang Harus di Kunjungi” saat liburan tiba. Anggapan bahwa museum adalah tempat liburan yang terkesan membosankan karena hanya bisa melihat koleksi patung-patung atau benda-benda bersejarah tanpa adanya kegiatan interaktif, tentu saja membuat pengunjung, terutama anak-anak tidak betah berlama-lama menikmati liburannya di dalam museum. Namun, museum yang berdiri di Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 2014 ini, punya cara unik yang interaktif untuk menghidupkan kembali pembejaran sejarah masa lalu.
Bernama Bale Panyawangan Diorama Nusantara, museum yang digagas oleh bupati nyentrik Purwakarta, Dedi Mulyadi, ini beralamat di JL. K. K. Singawinata, Nagri Tengah, Purwakarta, Jawa Barat. Ketika memasuki ruangan museum ini, lupakanlah soal “hanya ada” deretan patung-patung berjejer. Di museum yang tergolong masih baru di Purwakarta ini, pengunjung akan mendapat pengalaman berbeda dalam mempelajari sejarah yang tak di dapat di tempat lain. Menjadi daya tarik baru bagi banyak wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta, museum ini mendapat respon yang baik dari masyarakat.
Mengusung konsep unik dan inovatif, Museum Diorama Nusantara berbeda dengan kebanyakan museum lawas yang hanya memamerkan koleksinya secara manual, seperti diletakkan dalam etalase kaca dengan deskripsi tertulis. Disini, pengunjung dapat mempelajari sejarah dan seni yang berpadu secara apik dengan kecanggihan teknologi terkini. Museum ini memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memanfaatkan berbagai aplikasi yang bisa secara langsung dioperasikan oleh pengunjung demi memperoleh informasi tentang sejarah masa lalu Tatar Sunda, Zaman Penjajahan, hingga informasi tentang perkembangan Purwakarta di masa sekarang. Book hotel murah di Purwakarta yang dekat dengan museum ini sambil nikmati kuliner khas Purwarkata, Sate Maranggi.
Museum yang buka setiap hari kerja pada pukul 09.00-15.00 WIB dan 09.00-13.00 saat akhir pekan ini memiliki sembilan bale dengan nama dan materi sejarah yang berbeda untuk memudahkan pengunjung menikmati kunjungannya. Bale-bale tersebut adalah:
Pertama, Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana dimana dalam bale ini pengunjung dapat mengenal lebih dekat sejarah Tatar Sunda yang dikemas istimewa seperti adanya koleksi Wayang Golek khas Sunda.
Bale kedua bernama Bale Prabu Niskala Wastukancana, yang dikenal juga dengan sebutan hall of fame para pemimpin Purwakarta. Di bale ini, pengunjung dapat dengan mudah mengetahui sosok pemimpin-pemimpin Purwakarta.
Jika bale sebelumnya bercerita tentang Tatar Sunda, bale ketiga atau yang biasa disebut sebagai Bale Prabu Dewaniskala merupakan bale yang materinya mulai membahas tentang sejarah Purwakarta selama masa penjajahan VOC Belanda dalam kurun waktu tahun 1620-1799.
Bale keempat yang bernama Bale Prabu Ningratwangi tetap melanjutkan materi sejarah Purwakarta pada masa penjajahan Belanda era 1800-1942.
Selanjutnya, bale kelima yang disebut sebagai Bale Prabu Jayaningrat ini mulai menggambarkan bagaimana sejarah Purwakarta pada era pergerakan nasional dan pedihnya pendudukan masa Jepang.
Bale keenam adalah Bale Prabu Ratadewa dimana pada bale ini ditampilkan sejarah Purwakarta pada era Kemerdekaan dan Demokrasi Liberal.
Bale ketujuh adalah Bale Pabru Nila Kendra. Bale ini berisi materi sejarah berupa kehidupan Purwakarta pada masa Demokrasi Terpimpin yang masih ada sangkut pautnya dengan bale sebelumnya.
Bale kedelapan adalah Bale Surawisesa yang mengisahkan tentang sejarah Purwakarta pada masa reformasi 1998 hingga saat ini.
Bale terakhir adalah Bale Ki Pamanah Rasa yang merupakan refleksi Purwakarta pada masa sekarang saat yang menggambarkan “Digjaya Purwakarta Isitimewa” dari tahun 2008 hingga 2018 kelak.
Selain bale-bale berplot teratur tersebut, beberapa inovasi teknologi yang ditawarkan oleh museum ini sangat unik, antara lain: adanya sensor pada virtual book yang memungkinkan pengunjung mengakses informasi tanpa membaca materi sejarah yang tertulis. Hal ini tentu saja sangat menyenangkan untuk anak-anak yang belum bisa membaca, karena hanya dengan mendengarkan saja anak-anak dapat memahami Purwakarta dengan baik dari sumber arsip sejarah yang terpecaya. Kemudian, terdapat digital boothfoto yang bisa menampilkan pakaian adat kebaya bagi wanita dan pangki bagi laki-laki. Book hotel murah lewat aplikasi sekarang untuk dapatkan harga promo terbaik.
Tak hanya itu, Bupati Dedy Mulyadi pun secara virtual akan selalu hadir melayani pengunjung yang ingin mengabadikan momen dengan dirinya. Melalui sensor yang terpasang, secara otomomatis sistem mengenali jarak seseorang yang berdiri untuk berfoto sehingga foto yang dihasilkan akan tampak memukau. Uniknya lagi, dalam museum ini pengunjung bisa “bersepeda” keliling Purwakarta tanpa keluar dari ruangan museum. Hal itu mungki terjadi karena pengunjung bisa menaiki sebuah sepeda yang didepannya telah tersedia video Purwakarta secara virtual.
Selain itu, museum serba digital ini memiliki mini teater berkapasitas 20 orang. Meskipun kecil dan membuat pengunjung harus mengantri, dalam ruangan tersebut pengunjung dapat menikmati pemutaran film dokumenter yang bercerita soal sejarah Purwakarta dengan durasi kurang lebih 15 menit tiap sesinya. Di mini teater ini wisatawan melihat Purwakarta dalam kaca mata lensa kamera yang hanya bisa dinikmati di tempat ini. Suatu pengalaman yang sulit untuk dilewatkan bukan?
Bagi yang berada di luar daerah, bisa lewat Bandung atau Jakarta dengan menggunakan travel pesawat promo. Ke depan malah direncanakan akan dibangun bandara baru di Jati Gede yang lebih dekat dengan Purwakarta.
0 Response to "Purwakarta Punya, Museum Digital Pertama di Indonesia"
Posting Komentar